MASYARAKAT ARAB SEBELUM ISLAM (3)
Tulisan ini diangkat dari karya
Dr. Abdul Aziz, MA (Chiefdom)
Menurut berbagai riwayat, ciri-ciri umum
mereka (kaum Hunafa) adalah beriman dan menyembah Tuhan Yang Esa, sekaligus menolak
menyekutukan Tuhan dan menyembah berhala, melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, mandi karena junub (bila keluar air mani atau bersenggama),
berkhitan (yang sebenarnya merupakan adat orang Arab seluruhnya kecuali pemeluk
Nasrani), menganggap berkurban sebagai wujud ibadah dan asketisme terpenting,
tetapi menghindari makan daging kurban yang disembelih sebagai persembahan
kepada berhala, melakukan pengembaraan ke berbagai wilayah atau bersunyi diri
(I’tikaf, tahannuts) di gua atau tempat sunyi untuk mencari dan menemukan
kebenaran, bangun dan berjaga di malam hari setelah tidur (tahajjud),
mengharamkan riba, menghukum pencuri dengan memotong tangannya, mengharamkan
memakan bangkai, darah dan daging babi, melarang menguburkan anak perempuan
hidup-hidup, meyakini adanya hari akhir dan hari penghitungan amal (hisab),
menjalankan puasa, menjamu kaum miskin selama bulan Ramadhan, serta
melaksanakan “kalimat Ibrahim”. Kebiasaan yang terakhir ini meliputi
berkumur-kumur dengan air, menghirup air (membersihkannya) ke hidung lalu
mengeluarkannya kembali, menggunting kumis dan membelah rambut (menjadi dua
belahan) dan bersiwak (membersihkan mulut dengan kayu siwak), istinja’
(membersihkan kotoran setelah buang air besar dan kecil), memotong kuku,
mencabuti bulu ketiak, mencukur rambut di bagian bawah perut, serta berkhitan.
Di antara nama-nama kaum Hunafa’ adalah :
1. Quds bin Saidah al-Iyadi
2. As’ad Abu Karib al-Himyari
3. Abu Qays Shurmah bin Abi Anas
al-Najjari
4. Waqi’ bin Zuhair al-Iyadi
5. Utaibah bin Rabiah al-Tsaqafi
6. Umair bin Jundub al-Juhni
7. Adi bin Zaid al-Ibadi
8. Ilaf bin Syihab al-Tamimi
9. Al-Multamis bin Umayyah al-Kinani
10. Ubaid bin al-Abrash al-Asadi
11. Abd al-Thabikhah bin Tsa’lab
al-Qudha’i
12. Kaab bin Luay bin Ghalib al-Quraisy
(salah seorang kakek Nabi Muhammad)
Menurut riwayat, orang Quraisy selalu
mendatangi Kaab bin Luay dan berkumpul tiap hari Jumat. Kepada mereka Kaab lalu
memberi berbagai nasihat, menyuruh mereka berpikir mengenai penciptaan langit
dan bumi, pergantian siang dan malam serta merenungkan perubahan yang dialami
orang-orang terdahulu, menyuruh silaturahmi, mengucapkan salam, memenuhi janji,
memelihara hak-hak kerabat dan bersedekah kepada fakir miskin. Tatapi diantara
para Hunafa’ terdapat pula mereka yang menolak Islam dan memusuhi Nabi Muhammad.
Tokoh kalangan ini yaitu Umayyah bin Abi Shalth al-Tsaqafi dari Bani Tsafiq di
Thaif dan Amr bin Shaifi al-Ausi di Yatsrib. Ketika Nabi hijrah ke Madinah, Amr
justru bergabung dengan orang Quraisy di Mekkah.
Para Hunafa’ Arab umumnya dapat membaca dan menulis,
serta banyak di antara mereka memiliki kitab suci Ahlu al-Kitab. Mereka adalah
para ahli piker tentang alam raya dan kehidupan di dalamnya. Tetapi mereka
umumnya tidak menganut agama Yahudi atau Nasrani, karena dalam kedua agama itu
mereka belum menemukan sesuatu yang melegakan dan membantu meringankan beban
pikiran mereka tentang berbagai pertanyaan menyangkut fenomena alam. Banyak
diantara mereka terbiasa berdiskusi dengan para penganut Yahudi dan Nasrani,
membicarakan bersama hal-hal yang terkait dengan pemikiran atau pandangan
keagamaan, baik di Semenanjung Arabia, di Irak maupun di Syam (Syiria). Seorang
di antara mereka, bernama Jundub bin Amir bin Hamamah, diriwayatkan pernah
berkata: “Sesungguhnya bagi setiap makhluk pasti ada penciptanya yang saya
tidak tahu apa itu”. Ketika Islam ditawarkan, ia dating kepada Rasulullah SAW
dan kemudian memeluk Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar