Kamis, 28 Juni 2012

Memahami AQIDAH ISLAM (1)


MEMAHAMI AQIDAH ISLAM (1)

Segala puji milik Allah kami bertawakal kepada-NYA, tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan melainkan hanya dengan pertolongan Allah. Saya bersaksi bahwasannya tidak ada illah (yang di ibadahi)  kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba-NYA dan rasul-NYA.   
Maka dari, tulisan singkat tentang ‘PERSOALAN AQIDAH’ ini kami tunjukan sebagai jawaban untuk kebutuhan yang sangat mendesak, maka kita memohon kepada Allah untuk mendapatkan qobul dan menyempurnakan persoalan bagi kita agar menjadi aqidah yang benar, sesungguhnya DIA sebaik-baiknya tempat memohon dan meminta.
Pada pembahasan sebelumnya (Dari manakah kita memulai Islam) telah disampaikan urutan yang benar bagi seseorang yang ingin memulai berdinul Islam, yaitu mulailah dengan Ilmu yang benar tentang Islam, Ilmu yang benar tentang Islam akan membentuk Aqidah yang benar tentang Islam yang akhirnya akan mebentuk sebuah keImanan yang kokoh.
Dalam pembehasan ini akan dijabarkan bagaimana Aqidah yang benar itu?
Allah Al-Kholiq satu-satunya yang harus dan wajib disembah dan janganlah sekali-kali menyekutukan-NYA dan DIA mempunyai ASMAUL HUSNA, semua selalu bertasbih kepada-NYA baik  yang ada  di langit dan di bumi.
1.    Aqidah menurut lughoh (bahasa) adalah ikatan (عََقََدَ – يَعْقِدُ – عُقْدَةً)
2.    Aqidah menurut Al Quran adalah:
a.    Perjanjian (QS. 5:1),
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.
b.    Sumpah setia (QS. 4:33),
“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”.
c.    Ikatan (QS. 2:237)
“Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan”.
3.    Sedangkan Aqidah menurut Istilah adalah

اَلْعَقِيْدَةُ هِيَ مَعْرِفَةُ اُصُوْلُ الدِّيْنِ فِى التّوْحِيْدِ ضِدُّ الشِّرْكِ لِمَا تَشَرَّعَ بِهِ اْلانْسَانُ وَاعْتَقََدَهُ

“Aqidah itu adalah pemahaman (ma’rifat) yang kongkrit tentang ushuluddien (asal usul/ dasar-dasar) Dien dalam tauhid yang berlawanan dengan syirik yang dengannya manusia menjadikannya syari’at (ketetapan) dan i‘tikad (keyakinan).

Jadi unsur pembentuk aqidah itu ada 3:
1)    Ma’rifat (pemahaman)
2)    Syari’at (ketetapan)
3)     I’tiqod (keyakinan)

Kita ambil contoh sederhana yakni pemahaman tentang makan (Aqidah makan). Semua mengetahui bahwa jika tidak makan akan lapar dan jika lapar bisa sakit dan jika sakit lama-lama akan menyebabkan kematian.  Berdasarkan pemahaman tentang makan tersebut maka akhirnya timbulah suatu ketetapan (syari’at) bahwa saya harus makan dan akhirnya berubah menjadi suatu keyakinannya (i’tiqod). Itulah kalau sudah menjadi keyakinan, orang-orang rela berangkat pagi buta dan pulang larut malam demi memenuhi kebutuhan akan makan. Rela meninggalkan keluarganya di kampung menuju kota demi mencari makan.  Maka jangan heran jika kita mendengar gara-gara uang SERIBU RUPIAH nyawa bisa melayang. Hal itu bukan sepele akan tetapi hal yang penting karena menyangkut makan demi kelangsungan hidupnya.
Contoh di atas hanyalah contoh sederhana tentang “aqidah makan” yang telah mengkristal pada setiap manusia. Coba jika kita praktekkan kepada aqidah kepada Allah atau aqidah tauhid pada diri kita sampai mengkristal, yang akhirnya akan membentuk suatu keImanan yang benar.

Baca lanjutannya Memahami Aqidah Islam (2)