MEMAHAMI
AQIDAH ISLAM (1)
Segala puji milik Allah kami bertawakal
kepada-NYA, tidak ada daya upaya dan tidak ada kekuatan melainkan hanya dengan
pertolongan Allah. Saya bersaksi bahwasannya tidak ada illah (yang di
ibadahi) kecuali Allah, dan saya
bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba-NYA dan rasul-NYA.
Maka dari, tulisan singkat tentang ‘PERSOALAN
AQIDAH’ ini kami tunjukan sebagai jawaban untuk kebutuhan yang sangat mendesak,
maka kita memohon kepada Allah untuk mendapatkan qobul dan menyempurnakan
persoalan bagi kita agar menjadi aqidah yang benar, sesungguhnya DIA
sebaik-baiknya tempat memohon dan meminta.
Pada pembahasan sebelumnya (Dari manakah
kita memulai Islam) telah disampaikan urutan yang benar bagi seseorang yang
ingin memulai berdinul Islam, yaitu mulailah dengan Ilmu yang benar
tentang Islam, Ilmu yang benar tentang Islam akan membentuk Aqidah
yang benar tentang Islam yang akhirnya akan mebentuk sebuah keImanan
yang kokoh.
Dalam pembehasan ini akan dijabarkan
bagaimana Aqidah yang benar itu?
Allah Al-Kholiq satu-satunya yang harus
dan wajib disembah dan janganlah sekali-kali menyekutukan-NYA dan DIA mempunyai
ASMAUL HUSNA, semua selalu bertasbih kepada-NYA baik yang ada
di langit dan di bumi.
1. Aqidah menurut lughoh (bahasa) adalah ikatan
(عََقََدَ – يَعْقِدُ – عُقْدَةً)
2. Aqidah menurut Al Quran adalah:
a. Perjanjian (QS. 5:1),
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang
demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan
haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.
b. Sumpah setia (QS. 4:33),
“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu
bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada)
orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah
kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”.
c. Ikatan (QS. 2:237)
“Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur
dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka
bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika
isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan oleh orang yang memegang ikatan
nikah[151], dan pema'afan kamu itu lebih dekat kepada takwa.
Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat segala apa yang kamu kerjakan”.
3. Sedangkan Aqidah menurut Istilah adalah
اَلْعَقِيْدَةُ هِيَ مَعْرِفَةُ اُصُوْلُ الدِّيْنِ فِى التّوْحِيْدِ ضِدُّ الشِّرْكِ لِمَا تَشَرَّعَ بِهِ اْلانْسَانُ وَاعْتَقََدَهُ
“Aqidah itu adalah pemahaman (ma’rifat) yang kongkrit tentang ushuluddien (asal usul/ dasar-dasar) Dien dalam tauhid yang berlawanan dengan syirik yang dengannya manusia menjadikannya syari’at (ketetapan) dan i‘tikad (keyakinan).
Jadi unsur pembentuk aqidah itu ada 3:
1) Ma’rifat (pemahaman)
2) Syari’at (ketetapan)
3) I’tiqod (keyakinan)
Kita ambil contoh sederhana yakni pemahaman
tentang makan (Aqidah makan). Semua mengetahui bahwa jika tidak makan akan
lapar dan jika lapar bisa sakit dan jika sakit lama-lama akan menyebabkan
kematian. Berdasarkan pemahaman tentang
makan tersebut maka akhirnya timbulah suatu ketetapan (syari’at) bahwa saya
harus makan dan akhirnya berubah menjadi suatu keyakinannya (i’tiqod).
Itulah kalau sudah menjadi keyakinan, orang-orang rela berangkat pagi buta dan
pulang larut malam demi memenuhi kebutuhan akan makan. Rela meninggalkan
keluarganya di kampung menuju kota demi mencari makan. Maka jangan heran jika kita mendengar gara-gara
uang SERIBU RUPIAH nyawa bisa melayang. Hal itu bukan sepele akan tetapi hal
yang penting karena menyangkut makan demi kelangsungan hidupnya.
Contoh di atas hanyalah contoh sederhana tentang
“aqidah makan” yang telah mengkristal pada setiap manusia. Coba jika kita
praktekkan kepada aqidah kepada Allah atau aqidah tauhid pada diri kita sampai
mengkristal, yang akhirnya akan membentuk suatu keImanan yang benar.
Baca lanjutannya Memahami Aqidah Islam
(2)