MOTIVASI
SEORANG MUSLIM
Untuk mencapai kehidupan yang
Islami dibutuhkan suatu perjuangan, bukan semata-mata untuk hidup, tetapi
perjuangan untuk dan karena Allah.
Supaya tercapai perjuangan hidup untuk dan karena Allah tersebut, hal
utama yang harus dimiliki seorang manusia muslim adalah adanya Motivasi (niat)
untuk melaksanakan tujuan kehidupannya di bumi Allah ini dalam bentuk amal
perbuatan.
Kebanyakan manusia muslim memiliki
berbagai motivasi atau niat dalam menjalani kehidupan sebagai seorang hamba
Allah di Bumi Allah ini. Padahal, dengan motivasi yang benar dalam menjalankan
kehidupannya di dunia seorang muslim akan dapat menentukan bernilai atau
tidaknya kehidupan yang sedang dijalaninya.
Seorang muslim tidak dapat
menganggap sepele permasalahan motivasi atau niatnya dalam menjalani kehidupan
di Bumi Allah ini. Setiap muslim harus
menjaga dan memelihara dengan benar motivasi atau niatnya dalam melakukan suatu
tindakan, yang mana tindakan yang akan dilakukannya itu adalah sebuah aplikasi
amal perbuatannya. Sebab, motivasi
inilah yang akan menentukan bernilai atau tidaknya sebuah perbuatan.
Sebagaimana Firman Allah:
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semester alam”
(Al-An’am:162)
Berdasarkan ayat di atas maka
semua perbuatan/amal yang dilakukan seorang manusia adalah semata-mata hanya
untuk Allah. Inilah, motivasi atau niat
yang benar harus dimiliki oleh seorang manusia muslim, yang akan menentukan bernilainya
sebuah a’mal perbuatan di Bumi Allah ini.
Perlu menjadi sebuah pemahaman
bagi setiap manusia bahwasannya, setiap perbuatan manusia merupakan
representasi dari apa-apa yang ada dalam dirinya, “apa-apa” itu bisa merupakan
hasil perpaduan dari kondisi nilai-nilai internal dalam dirinya (konsepsi) dan
bisa juga respon dari kondisi eksternalnya yang melingkupi kehidupannya.
Sebagaimana Firman Allah:
“Maha suci Allah yang di tangan-NYA-lah
segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Al-Mulk: 1-2)
Ayat di atas menyatakan dengan
tegas bahwa hidup seorang manusia adalah pemberian Allah. Dan, hidup yang merupakan pemberian Allah itu
adalah sebuah ujian dari Allah bagi setiap manusia, sehingga hidup harus
dijalani dengan sebaik-baiknya. Pada
akhir ayat di atas Allah menegaskan bahwa masalah utama kehidupan manusia bukan
terletak pada apa yang diterima atau belum diterima manusia. Sikap manusia dalam menyikapi segala
permasalahan hidupnya itulah yang akan menentukan bernilai atau tidaknya sebuah
perbuatan di hadapan Allah bukan berdasarkan responsitas lahiriyahnya saja.
Sebuah motivasi atau niat untuk
dank arena Allah semata ini tidak dapat tertanam dalam diri kita dengan
sendirinya. Kecuali, dibangun, dilatih,
dan diusaha oleh kita sendiri dengan cara:
1) Memahami maksud penciptaan Allah atas diri kita manusia.
Sebagaimana
Firman Allah:
“Dan
kamu tidak dapat menentukan kemauanmu terhadap sesuatu pun kecuali dengan
mengikuti cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan mengurus
seluruh alam” (At-Takwir:28-29)
Haditsnya:
“sesungguhnya
Allah telah mewahyukan kepada Daud as.
Wahai Daud sesungguhnya engkau mempunyai keinginan dan Aku-pun menpunyai
keinginan, dan bahwasanya yang akan berlaku adalah apa yang Aku inginkan. Maka sekiranya engkau berserah diri terhadap
apa yang Aku inginkan, kemudian, tidaklah berlaku melainkan apa yang Aku
inginkan”.
2) Mengedepankan urusan Allah di atas segala urusan manusia.
Haditsnya:
“Sesungguhnya
amalan itu hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa
yang diniatkannya”.
3) Mentaati segala ketentuan Allah sebagai hukum bagi kehidupan
manusia
Sebagaimana Firman Allah:
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (An-Nisa:59)
“Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”
(Al-Ahzab:36)